Menggadaikan Mahar Demi Merintis Usaha

Artikel tentang Ibu Nia Kurnia, pemilik Rabbani :

Nia Kurnia sempat ragu tentang keberhasilannya jika menekuni usaha di bidang busana muslimah. Maklum, pada 1993 tren busana muslimah sudah dikuasai oleh sejumlah perancang kenamaan Jakarta. Tapi pemilik dan sekaligus Direktur CV Rabbani Asysa itu tak surut melangkah.

Ada ayat yang membuat motivasinya untuk beramal dan beribadah membulat. Begini ayat itu, Dan berkatalah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS 9: 105) .

Nia terdorong untuk serius menangani usaha busana muslimah. Ibu dari empat orang anak ini lantas mencermati pasar yang ada. Akhirnya Nia menemukan celah lalu memproduksi dan memasarkan desainnya. ''Saya membidik segmen mahasiswa dan dunia kampus'' cetusnya.

Sekitar 1993 busana muslimah yang dikenal memang busana-busana resmi yang seolah hanya digunakan untuk acara khusus. Misalnya, dipakai saat bulan Ramadhan atau Lebaran. Padahal, kata Nia, orang berpakaian sesuai syariah harus dilakukan setiap hari. Tak ragu, ia yang menjalankan usahanya bersama suaminya Amri membidik pasar busana keseharian (kasual). K riteria busana ciptaannya adalah berdesain simpel, mudah dikenakan, nyaman, dan harga murah.

Perempuan kelahiran Sumedang 14 Maret 1969 ini tak henti berkreasi. Hasilnya, busana-busana rancangannya kian digemari. Kini toko yang juga ruang pamer di Jl Hasanuddin, Bandung itu didatangi banyak konsumen. Mulai dari usia balita hingga lanjut usia.

Namun, lulusan FMIPA Unpad ini mesti melalui jalan yang terjal sebelum tiba di posisi saat ini. Modal usaha diperoleh suaminya dengan menggadaikan mahar perkawinan mereka yang nilainya Rp 100 ribu. Kejelian Nia dalam melihat peluang pasarlah yang secara perlahan membawa usaha ini menjadi lebih maju.

Menurutnya, dengan menjual busana kasual, peluang untuk meraup keuntungan setiap hari menjadi lebih besar. ''Busana muslimah kasual lebih sering dibeli, karena dikenakan setiap hari. P erputarannya menjadi lebih cepat dengan modal yang tak terlalu besar'' jelas Nia yang juga sering terlibat langsung dalam proses desain produk.

Semula perempuan yang mengaku tak punya hobi ini hanya mempekerjakan satu orang pegawai. Kini seluruh karyawannya berjumlah 120 orang. Sekitar80 orang bekerja di garmen, sedangkan sisanya bertugas di berbagai bagian.

''Coba beramal, berkreasi, jangan ragu-ragu. Walau kelihatannya pasarnya sempit, namun ternyata tidak. Insya Allah, amal kita dilihat Allah'' ungkap Nia soal kiatnya.

2 comments:

Anonymous said...

Pak Ryad, saya salut dengan perjalanan pemilik rabbani. Saya terkesan dengan sistem UMZ (Upah Minimum Zakat) untuk karyawannya dan sistem manajemen tahajud dan ibadah lainnya. Sehingga menurut saya sangat pantas usahanya berkembang pesat. Semoga kita bisa dan mampu mencontohnya.

Salam
Fuad Muftie
http://fuadmuftie.wordpress.com

Unknown said...

pak..cerita ini bener2 mengisnpirasi saya pak... kalo ada kemauan, pasti ada jalan...